MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BAB 12
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian
Manajemen Pendidikan Islam
Management berasal dari akar kata to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan
memperlakukan.[1]
Sedangkan pengertian manajemen secara terminologi adalah suatu proses dengan
menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk mencapai suatu
tujuan. Dengan demikian yang dimaksud manajemen pendidikan Islam adalah suatu
proses dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan Islam.
B.
Tujuan
Manajemen Pendidikan Islam
Tujuan
manajemen pendidikan Islam adalah agar segenap sumber, peralatan ataupun sarana
yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat digerakkan sedemikian rupa
sehingga dapat menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap
pemborosan waktu, tenaga, materil, dan uang guna mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.[2]
C.
Dasar-dasar
Manajemen Pendidikan Islam
Dasar-dasar
manjemen Pendidikan Islam sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dasar-dasar
Kurikulum Pendiidkan Islam yaitu dasar agama, falsafah, psikologis dan sosial.[3]
Berikut penjabarannya:
1.
Dasar
Agama
a.
Al-Qur’an
1)
Surah
al-Sajdah ayat 5
يُدَبِّرُ
ٱلۡأَمۡرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يَعۡرُجُ إِلَيۡهِ فِي يَوۡمٖ
كَانَ مِقۡدَارُهُۥٓ أَلۡفَ سَنَةٖ مِّمَّا تَعُدُّونَ
Dia
yang mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.
(al-Sajdah: 05)
Ramayulis
menyatakan bahwa pengertian uang sama dengan hakikat manajemen adalah kata
al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara
(mengatur) yang banyak terdapat dalam al-quran seperti firman Allah SWT di ayat
tersebut. Dari isi kandungan ayat tersebut dapatlah diketahui bahwa Allah SWT
adalah pengatur alam (manajer). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti
kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang
diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus
mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur
alam raya ini.
2)
Surah
al-Hasyr ayat 18
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ
لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (al-Hasyir: 18)
“waltandhur nafsunm maa khodamat lighod”
adalah hendaknya masing-masing individu memperhatikan amal-amal sholeh apa yang
diperbuat untuk menghadapi hari kiamat. Ayat ini memberi pesan kepada
orang-orang yang beriman untuk memikirkan masa depan. Dalam bahasa manajemen,
pemikiran masa depan yang dituangkan dalam konsep yang jelas dan sistematis ini
disebut perencanaan (planning). Perencanaan ini menjadi sangat penting
karena berfungsi sebagai pengarah bagi kegiatan, target-target, dan
hasil-hasilnya dimasa depan sehingga apapun yang dilakukan dapat berjalan
dengan tertib. Dari contoh-contoh ayat al-Quran tersebut diatas masih banyak
lagi contoh ayat yang dapat dijadikan dasar dalam pengelolaan Pendidikan Islam.
b.
Hadits
1)
Hadist
riwayat al-Bukhari
Rasulullah
SAW bersabda:
إِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
قَالَ : كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ : إِذَا أُسْنِدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Apabila suatu amanah disia-siakan , maka
tunggulah saat kehancurannya. (Abu hurairah) bertanya: “Bagaiman meletakkan
amanah itu, ya rasulullah?? Beliau menjawab,: Apabila suatu perkara diserahkan
kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” Hadist
ini menarik dicermati karena menghubungkan antara amanah dan keahlian. Kalimat
“Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah saat kehancurannya”merupakan penjelas untuk kalimat pertama,” Apabila
suatu amanah disia-siakan , maka tunggulah saat kehancurannya”. Hadist ini
ternyata memberikan peringatan yang berspektif manajerial karena amanah berarti
menyerahkan suatu perkara kepada seseorang yang profesional.
2)
Hadist
riwayat at-Tabrani
Rasullullah
SAW bersabda:
إنَّ اللهَ تعالى يُحِبُّ إذا عمِلَ أحدُكمْ عملًا
أنْ يُتقِنَهُ
Sesungguhnya
Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan
secara itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas). Hadist
diatas menyatakan bahwa dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatau harus
dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses- prosesnya harus
diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan. Arah
pekerjaan yang jelas, landasan yang mantab, dan cara-cara mendapatkannya yang
transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah SWT. Dengan demikian,
dalam mengelola lembaga harus digunakan manajemen yang baik yang disyariatkan
dalam ajaran Islam.
c.
Perkataan
sayyidina Ali bin Abi Thalib
الْحَقُّ بِلاَ نِظَامٍ يَغْلِبُهُ الْبَاطِلُ بِنِظَامٍ
“Kebenaran
yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi”
2.
Perundang-undangan
yang berlaku
Dasar-dasar
manajemen Pendidikan Islam selanjutnya adalah Perundang-undangan yang berlaku
dan merupakan landasan dalam dunia Pendidikan di Indonesia, diantaranya:
a.
UUD
1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi,” Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.” Dari ayat tersebut menyatakan bahwa semua warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Dengan demikian, semua lembaga pendidikan harus
memberikan dan menyiapkan pendidikan yang baik. Baik dari segi manajemennya,
kurikulum maupun yang lainnya.
b.
UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bagian Ketiga Hak dan
Kewajiban masyarakat pasal 8 yang berbunyi, “ masyarakat berhak berperan serta
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pendidikan. Undang-undang
tersebut mencerminkan prinsip dasar dari manajemen pendidikan Islam.
c.
Peraturan
pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar nasional
Pendidikan. Dalam peraturan ini berisikan tentang 8 standar yang harus dipenuhi
oleh lembaga pendidikan yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL), standar isi
(SI), standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian.
Kedelapan standar ini harus dikelola oleh lembaga dalam manajemen pendidikan.27
D.
Konsep
Manajemen Pendidikan Islam
1.
Efektif
dan Efisien
Pekerjaan yang efektif ialah
pekerjaan yang memberikan hasil seperti rencana semula, sedangkan pekerjaan
yang efisien adalah pekerjaan yang megeluarkan biaya sesuai dengan rencana
semula atau lebih rendah, yang dimaksud dengan biaya adalah uang, waktu,
tenaga, orang, material, media dan sarana.[4]
Kedua kata efektif dan efisien
selalu dipakai bergandengan dalam manajemen karena manajemen yang efektif saja
sangat mungkin terjadinya pemborosan, sedangkan manajemen yang efisien saja
bisa berakibat tidak tercapainya tujuan atau rencana yang telah ditetapkan.
Ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan acuan kedua hal tersebut adalah Surat
al-Kahfi ayat 103-104:
قُلۡ
هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي
ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا
Katakanlah: "Apakah akan kami
beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu
orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (Q.S. Al-Kahfi
: 103- 104)
2.
Terbuka
Sikap terbuka disini bukan saja
terbuka dalam memberikan informasi yang benar tetapi juga mau memberi dan
menerima saran/ pendapat orang lain, terbuka kesempatan kepada semua pihak,
terutama staff untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya baik dalam
jabatan maupun bidang lainnya.
Al-Qur’an telah memberikan landasan
kepada kaum muslin untuk berlaku jujur dan adil yang mana menurut kami hal ini
merupakan kunci keterbukaan, karena tidak dapat dilakukan keterbukaan apabila
kedua unsur ini tidak terpadu.
Ayat al-Qur’an yang menyuruh umat
manusia untuk berlaku jujur dan adil yang keduanya merupakan kunci keterbukaan
itu, ada dalam surat An-Nisa ayat 58:
إِنَّ
ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا
حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا
يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. An-Nisa : 58).
3.
Kooperatif
dan Partisipasif
Dalam rangka melaksanakan tugasnya
manajer pendidikan Islam harus cooperative dan partisipasif.
Ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan
cooperative dan partisipatif ini anatara lain, surat al-Maidah
ayat 2:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ
وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ
ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Bertolong-menolonglah kamu dalam
berbuat kebajikan dan takwa dan janganlah kamu bertolong-menolong dalam
perbuatan dosa dan permusuhan. (QS. Al-Maidah: 2).
E.
Ruang
Lingkup Manajemen Pendidikan Islam
Ruang lingkup
manajemen pendidikan Islam sebagai berikut:
1.
Pondok
Pesantren atau Madrasah Diniyah, yang menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional di sebut sebagai pendidikan kegamaan (Islam) formal,
seperti pondok pesantren/Madrasah Diniyah.
2.
RA, Madrasah dan pendidikan lanjutan seperti IAIN,
STAIN atau Universitas Islam Negeri yang bernaung di bawah Kementerian Agama
atau dibawah yayasan dan organisasi Islam.
3.
Pelajaran
agama Islam di sekolah/ madrasah/perguruan tinggi sebagai suatu mata pelajaran
atau mata kuliah, dan atau sebagai program studi; dan
4.
Pendidikan
Islam dalam keluarga atau di tempat-tempat ibadah, dan/atau di forum- forum
kajian keislaman, majelis taklim, dan institusi-institusi lainnya yang sekarang
sedang digalakkan oleh masyarakat, atau pendidikan (Islam) melalui jalur pendidikan
nonformal, dan informal.
5.
Pendidik/guru/dosen
kepala Madrasah/sekolah atau pimpinan perguruan Tinggi dan / atau tenaga
kependidikan lainnya yang melakukan dan mengembangkan aktivitas kependidikannya
disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.
6.
Komponen-komponen
pendidikan lainnya seperti tujuan, materi/bahan ajar, alat/ media/ sumber
belajar, metode, evaluasi, lingkungan/konteks, manajemen dan lain- lain yang disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
Islam atau yang bercirikhas Islam.30
Dengan demikian
lingkup praktik manajemen pendidikan Islam meliputi manajemen kelembagaan dan
program pendidikan Islam serta aspek spirit Islam melekat pada setiap aktivitas
pendidikan.
F.
Fungsi
Manajemen Pendidikan Islam
Menjelaskan fungsi manajemen
pendidikan Islam tidak terlepas dari fungsi manajemen secara umum yaitu:
1.
Perencanaan
(Planning)
Perencanaan adalah sebuah proses
perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun
kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal.
Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah
pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola
pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah
kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan
berakibat sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah
memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah
rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari. Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ
لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Hasyr (59):
18)
Dari uraian di atas dapat dipahami
bahwa dalam manajeman pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk
menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas
lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh
karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui kesuksesan yang
memuaskan.
Dalam proses perencanaan terhadap
program pendidikan yang akan dilaksanakan, khususnya dalam lembaga pendidikan
Islam, maka prinsip perencanaan harus mencerminkan terhadap nilai-nilai islami
yang bersumberkan pada al-Qur'an dan al-Hadits. Dalam hal perencanaan ini
al-Qur'an mengajarkan kepada manusia :
وَٱفۡعَلُواْ
ٱلۡخَيۡرَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Dan berbuatlah kebajikan supaya kamu
mendapatkan keberuntungan (Al-Hajj : 77)
Selain ayat tersebut, terdapat pula
ayat yang menganjurkan kepada para manejer atau pemimpin untuk menentukan sikap
dalam proses.
إِنَّ
ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ
وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ
تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
berlaku adil dan berbuat kebajikan atau kebaikan, memberi kepada kaum kerabat
dan Allah melarang perbuatan yang keji, mungkar dan permusuhan. Dia memberi
pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran (An-Nahl : 90)
Ayat-ayat lain yang berkesinambungan
dengan perencanaan adalah
أَيَحۡسَبُ
ٱلۡإِنسَٰنُ أَن يُتۡرَكَ سُدًى
bahwa “apakah manusia mengira ia
dibiarkan saja tanpa pertanggung jawaban?. (al-Qiyamah: 36). Selanjutnya dalam ayat lain dijelaskan:
وَلَا
تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ
كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا
Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
(Al-Isra’ : 36)
Ayat tersebut merupakan suatu hal
yang sangat prinsipil yang tidak boleh ditawar dalam proses perencanaan
pendidikan, agar supaya tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai dengan
sempurna. Disamping itu pula, intisari ayat tersebut merupakan suatu “pembeda”
antara manajemen secara umum dengan manajemen dalam perspektif Islam yang sarat
dengan nilai. Rasulullah bersabda:
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِي حَفْصٍ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ
اللهِ صَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالِّنيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ
كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ
وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya: Amirul Mu’minin (Umar bin
Khattab, ra) berkata: “aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
amal perbuatan itu disertai dengan niat, dan setiap orang mendapat balasam amal
sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berpijak karena Allah dan Rosulnya,
dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diharapkan atau karena wanita
yang ia nikahi, maka nikahnya menuju yang ia inginkan.” (HR. Al- Bukhori dan
Muslim)
Adapun kegunaan perencanaan adalah
sebagai berikut:
a.
Karena
perencanaan meliputi usaha untuk memetakan tujuan atau memformulasikan tujuan
yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan haruslah bisa membedakan poin
pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.
b.
Dengan
adanya perencanaan maka memungkinkan kita mengetahui tujuan-tujuan yang akan di
capai.
c.
Dapat
memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang akan
mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.[5]
Suatu contoh perencanaan yang
gemilang dan terasa sampai sekarang adalah peristiwa khalwat dari Rasulullah di
gua Hira. Tujuan Rasulullah SAW., ber-khalwat dan ber-tafakkur dalam gua Hira
tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat
Makah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat
penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi kerinduannya
yang selalu makin besar, dan mencapai ma’rifat serta mengetahui rahasia alam
semesta.
Pada usia 40 tahun, dalam keadaan
khalwat Rasulullah SAW., menerima wahyu pertama. Jibril memeluk tubuh
Rasulullah SAW., ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril tersebut merupakan
terapi menghilangkan segala perasaan takut yang terpendam di lubuk hati beliau.
Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah tersentak walau kemudian membalasnya.
Sebuah tindakan refleks yang melambangkan sikap berani. Setelah kejadian itu,
Rasulullah tidak pernah dihinggapi rasa takut, apalagi bimbang dalam
menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia.
Pendidikan Islam mempunyai kedudukan
yang tinggi, ini dibuktikandenganwahyu pertama di atas yang disampaikan
Rasulullah bagi pendidikan. Beliau menyatakan bahwa pendidikan atau menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang laki-laki dan perempuan.
Rasulullah diutus dengan tujuan untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itulah
yang menjadi visi pendidikan pada masa Rasulullah.
Contoh lain dari perencanaan yang
dilakukan Rasulullah dapat ditemukan ketika terjadi perjanjian Hudaibiyyah (shulhul
Hudaibiyyah). Dari perjanjian tersebut terkesan Rasulullah kalah dalam
berdiplomasi dan terpaksa menyetujui beberapa hal yang berpihak kepada kafir
Quraisy. Kesan tersebut ternyata terbukti sebaliknya setelah perjanjian
tersebut disepakati. Disinilah terlihat kelihaian Rasulullah dan pandangan
beliau yang jauh ke depan. Rasulullah adalah insan yang selalu mengutamakan
kebaikan yang kekal dibandingkan kebaikan yang hanya bersifat sementara.
Walaupun perjanjian itu amat berat sebelah, Rasulullah menerimanya karena
memberikan manfaat di masa depan saat umat Islam berhasil membuka kota Makah (fath
al Makkah) pada tahun ke-8 Hijriyah (dua tahun setelah perjanjian
Hudaibiyah).
2. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah dibuat perencanaan sesuai
dengan ketentuan di atas, maka langkah selanjutnya adalah pengorganisasian (organizing).
Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala
sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang
tidak terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh
kebathilan yang tersusun rapi.
Pengorganisasian merupakan kegiatan
dasar dari manajemen dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang
dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
sukses.
Organisasi adalah sistem kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama ini
diadakan pembagian untuk menetapkan bidang-bidang atau fungsi-fungsi yang
termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan. Sistem ini harus
senantiasa mempunyai karakteristik antara lain:
a.
Ada
komunikasi antara orang yang bekerja sama
b.
Individu
dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama
c.
Kerja
sama itu ditunjukan untuk mencapai tujuan.[6]
Organisasi dalam pandangan Islam
bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah
pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan
mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan.
Pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur,
aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas secara
transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Islam, baik yang bersifat
individual, kelompok, maupun kelembagaan. Sebuah organisasi dalam manajemen
pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan
jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan organisasi
yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat
diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan
islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.
Dari uraian di atas dapat difahami
bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah
dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu
dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan
demikian diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja
yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu
yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang
bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota
kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan pengetahuan.
Proses organizing yang menekankan
pentingnya tercipta kesatuan dalam segala tindakan sehingga tercapai tujuan,
sebenarnya telah dicontohkan di dalam al- Qur’an. Firman Allah :
وَٱعۡتَصِمُواْ
بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ
عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم
بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ
فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk (Ali imran : 103)
Dalam kaitannya dengan
pengorganisasian, Rasulullah SAW., telah mencontohkan ketika memimpin perang
Uhud. Ketika pasukan Islam
pimpinan Nabi Muhammad SAW., berhadapan dengan angkatan perang kafir Quraish di
dekat gunung Uhud. Nabi mengatur strategi peperangan dengan sempurna dalam hal
penempatan pasukan. Beberapa orang pemanah ditempatkan pada suatu bukit kecil
untuk menghalang majunya musuh. Pada saat perang berkecamuk, awalnya musuh
menderita kekalahan. Mengetahui musuh kocar-kacir, para pemanah muslim meninggalkan
pos-pos mereka di bukit untuk mengumpulkan barang rampasan. Pada sisi lain,
musuh mengambil kesempatan ini dan menyerang angkatan perang muslim dari arah
bukit ini. Banyak dari kaum Muslim yang mati syahid dan bahkan Nabi SAW.,
mengalami luka yang sangat parah. Orang kafir merusak mayat-mayat kaum Muslim
dan menuju Makah dengan merasa suatu kesuksesan.
Dari cerita sejarah Nabi Muhammad
yang tertulis di atas, dapat diketahui suatu tindakan pengorganisasian. Nabi
Muhammad memerintahkan kepada pasukan pemanah untuk tetap berada di atas bukit
dalam keadaan apapun. Ternyata pasukan pemanah lalai dari perintah atasan,
kemudian mereka meninggalkan tempat
tugasnya dari atas bukit untuk mengambil harta rampasan ketika musuh
lari kocar-kacir. Tanpa disadari musuh menyerang balasan dari sebelah bukit
yang berakibat pada kekalahan pasukan muslim. Kalau pasukan pemanah
memperhatikan dan melaksanakan perintah pimpinan (Nabi Muhammad SAW) tentu
ceritanya akan lain.
3. Pelaksanaan (actuating)
Untuk melaksanakan perencanaan yang
telah diorganisir tersebut juga perlu diberikan actuating, dalam bahasa
Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu tindakan untuk
mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang
agar mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini
dibutuhkan kepemimpinan (leadership) yang baik.
Actuating
merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan berbagai arahan
dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam organisasi,
yang sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating
tidak lepas dari peranan kemampuan leadership.
Dari uraian di atas dapatlah
disimpulkan bahwa fungsi menggerakkan dalam manajemen pendidikan Islam adalah
proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja,
sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan
bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.
kegiatan bimbingan dalam pelaksanaan
dapat berbentuk sebagi berikut:
a.
Memberikan
dan menjelaskan perintah.
b.
Memberikan
petunjuk melaksanakan kegiatan
c.
Memberikan
kesempatan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan keahlian agar
lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan orgnisasi.
d.
Memberikan
kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dan fikiran untuk memajukan
organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativits masing-masing.
e.
Memberikan
koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.[7]
Al-Qur’an dalam hal ini sebenarnya
telah memberikan pedoman dasar terhadap proses pembimbingan, pengarahan ataupun
memberikan peringatan dalam bentuk actuating ini. Allah berfiman:
قَيِّمٗا
لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ
يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا
Sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita
gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa
mereka akan mendapat pembalasan yang baik (al-Kahfi: 2).
Suatu contoh pelaksanaan dari fungsi
manajemen dapat ditemukan pada pribadi agung, Nabi Muhammad ketika ia
memerintahkan sesuatu pekerjaan, beliau menjadikan dirinya sebagai model dan
teladan bagi umatnya. Rasulullah adalah al-Qur’an yang hidup (the living
Qur’an). Artinya, pada diri Rasulullah tercermin semua ajaran al-Qur’an dalam
bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan
meninggalkan semua larangan- Nya. Oleh karena itu, para sahabat dimudahkan
dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah SAW.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling)
sering juga disebut pengendalian. Pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud dan tujuan yang telah digariskan semula. Pengawasan adalah salah satu
fungsi dalam manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Dalam al-Qur’an pengawasan bersifat
transendental, jadi dengan begitu akan muncul inner dicipline (tertib
diri dari dalam). Itulah sebabnya di zaman generasi Islam pertama, motivasi
kerja mereka hanyalah Allah kendatipun dalam hal-hal keduniawian yang saat ini
dinilai cenderung sekuler sekalipun.[8]
Mengenai fungsi pengawasan, Allah
SWT., berfirman di dalam al-Qur’an sebagai berikut:
وَٱلَّذِينَ
ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهُ حَفِيظٌ عَلَيۡهِمۡ وَمَآ أَنتَ
عَلَيۡهِم بِوَكِيلٖ
Dan orang-orang yang mengambil
pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu
(ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka (As-Syura: 6)
فَإِنۡ
أَعۡرَضُواْ فَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ عَلَيۡهِمۡ حَفِيظًاۖ إِنۡ عَلَيۡكَ إِلَّا
ٱلۡبَلَٰغُۗ وَإِنَّآ إِذَآ أَذَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِنَّا رَحۡمَةٗ فَرِحَ
بِهَاۖ وَإِن تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةُۢ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيهِمۡ فَإِنَّ
ٱلۡإِنسَٰنَ كَفُورٞ
Jika mereka berpaling maka Kami
tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain
hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada
manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira-ria karena rahmat itu. Dan jika
mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya
mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat)
(As-Syura: 6).
Contoh pengawasan dari fungsi
manajemen dapat dijumpai dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
sebagai berikut:
Bukhari Muslim meriwayatkan dari
Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Suatu malam aku menginap di rumah bibiku, Maimunah.
Setelah beberap saat malam lewat, Nabi bangun untuk menunaikan shalat. Beliau
melakukan wudhu` ringan sekali (dengan air yang sedikit) dan kemudian shalat.
Maka, aku bangun dan berwudhu` seperti wudhu` Beliau. Aku menghampiri Beliau
dan berdiri di sebelah kirinya. Beliau memutarku ke arah sebelah kanannya dan
meneruskan shalatnya sesuai yang dikehendaki
Allah…”.
Dari peristiwa di atas dapat
ditemukan upaya pengawasan Nabi Muhammad terhadap Ibnu ‘Abbas yang melakukan
kesalahan karena berdiri di sisi kiri beliau saat menjadi makmum dalam shalat
bersama Beliau. Karena seorang makmum harus berada di sebelah kanan imam, jika
ia sendirian bersama imam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
membiarkan kekeliruan Ibnu ‘Abbas dengan dalih umurnya yang masih dini, namun
beliau tetap mengoreksinya dengan mengalihkan posisinya ke kanan beliau. Dalam
melakukan pengawasan, beliau langsung memberi arahan dan bimbingan yang benar.
G.
Prinsip
Manajemen Pendidikan Islam
Prinsip
manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak
boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan
agar prinsip-prinsip manajemen ini agar tidak kaku dan dapat pula diubah-ubah
sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas:
1.
Pembagian
kerja yang berimbang. Dalam membagi-bagikan tugas dan jenisnya kepada semua
kerabat kerja, seorang manajer hendaknya bersifat adil yaitu harus bersikap
sama baik dan memberikan beban kerja yang berimbang.
2.
Pemberian
kewenangan dan rasa taggung jawab yang tegas dan jelas. Setiap kerabat kerja
atau karyawaan hendaknya diberi wewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya
dengan baik dan mempertanggung jawabkan kepada atasan secara langsung.
3.
Disiplin.
Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja
sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya)
berdasarkan rencana. Peraturan dan waktu (waktu bekerja) yang telah ditetapkan.
4.
Kesatuan
perintah. Setiap kerabat kerja atau karyawaan hendaknya hanya menerima satu
jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepal seksi/kepala bagian),
bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa menjadi atasan para karyawan
kerabat kerja tersebut.
5.
Kesatuan
arah. Kegiatan hendaknya mempunyai
tujuan yang sama dan dipimpin
oleh seorang atasan langsung serta didasarkan pada penerima kerja yang sama
satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan.20
H.
Kepemimpinan
dalam Pendidikan Islam
Pemimpin merupakan titik pusat dari
suatu kecendrungan dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati
secara cermat akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat. Pemimpin
merupakan pengendali dari organisasi sehingga keberadaannya mutlak dibutuhkan.
Untuk itu seorang pemimpin harus mempunyai kredibilitas dalam memimpin. Dalam
kelompok manusaia manapun, seseorang pemimpin harus memiliki pengaruh di
antaranya adalah:
1.
Power
eksekutif (pelaksanaan), yaitu pengaruh yang dapat menimbulkan kharisma dan
wibawa untuk mengatur anggota kelompok atau untuk mengatur orang lain.
2.
Power
legislatif (pembuat hukum) yaitu pengaruh untuk mengatur hubungan antar
kelompok.
3.
Power
pembuat keputusan, yaitu pengaruh untuk melerai perselisihan yang terjadi dalam
penerapan hukum.[9]
Setiap kepemimpinan melahirkan
tanggung jawab. Kadar kemampuan untuk memimpin juga berbeda pada setiap orang.
Kadar kemampuan ini merupakan sunatullah yang mungkin berhubungan dengan
lingkungan dan genetik. Mengenai perbedaan potensi pada manusia, Allah berfirman
sebagai berikut:
أَهُمۡ
يَقۡسِمُونَ رَحۡمَتَ رَبِّكَۚ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِي
ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ
لِّيَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضٗا سُخۡرِيّٗاۗ وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ خَيۡرٞ مِّمَّا
يَجۡمَعُونَ
Apakah mereka yang membagi-bagi
rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan kebahagian mereka atas sebagian
yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memperguna- kan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan
(az-Zuhruf : 32).
Kepemimpianan dalam Islam
menghendaki orang yang tepat untuk posisi yang tepat. Orang yang tepat adalah
yang terbaik atau ashlah. Untuk mengetahui orang yang tepat biasanya dilakukan
dengan cara memahami dengan baik profil suatu jabatan. Jabatan selalu membutuhkan
orang-orang yang memenuhi sayarat yang diinginkan oleh jabatan itu. Di samping
memamahami suatu profil jabatan orang yang terbaik untuk suatu jabatan dapat
pula diperoleh melalui sebuah mekanisme yang mengantarkan pada suatu pilihan
yang tepat, yaitu dengan melakukan seleksi tehadap semua yang berkompetensi.
Di antara ayat al-Qur’an yang
menyinggung masalah kepemimpinan ini adalah:
ٱلۡحَمۡدُ
لِلَّهِ ٱلَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى ٱلۡكِبَرِ إِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَۚ إِنَّ
رَبِّي لَسَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن
ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) do’a. Ya Tuhanku,
Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan
Kami, perkenankanlah doaku (Ibrahim: 39-40).
Rasulullah Saw juga berbicara
masalah kepemimpinan, diantaranya:
إِذَا وُسِّدَ
الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
“Jika urusan diserahkan bukan kepada
ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat” (HR. Bukhari)
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ
فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ
فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
Wajib atas seorang Muslim untuk
mendengar dan taat (kepada penguasa) pada apa-apa yang ia cintai atau ia benci
kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk
berbuat kemaksiatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” (HR.
Bukhari Muslim)
I.
Manajemen
Mutu Pendidikan Islam
Konsep manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) berasal
dari tiga kata yaitu total, quality, dan management. Fokus utama dari manajemen mutu terpadu adalah
kualitas/mutu. Konsep
manajemen mutu terpadu merupakan suatu konsep manajemen modern yang berusaha
untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik
yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi. Dasar
pemikiran perlunya manajemen mutu terpadu sangatlah sederhana, yakni bahwa cara
terbaik agar dapat bersaing unggul dalam persaingan global adalah dengan
menghasilkan kualitas yang terbaik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
manajemen mutu terpadu merupakan teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan
organisasi dan personilnya untuk melakukan program perbaikan mutu secara
berkesinambungan yang terfokus pada pencapaian kepuasan para pelanggan. Konsep manajemen mutu terpadu
merupakan sebuah strategi atau usaha yang diterapkan oleh sektor industri
modern dalam meningkatkan kualitas usaha melalui produk yang dihasilkan.
Artinya, manajemen mutu terpadu bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan
yang kaku dan harus diikuti, melainkan seperangkat prosedur dan proses untuk
memperbaiki kinerja dan meningkatkan mutu kerja.
Agama Islam memiliki ajaran yang universal dan
konprehensif mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang berfungsi memberikan
jalan dan petunjuk bagi mereka untuk memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat. Sejarah telah mencatatkan bahwa banyak sekali konsep-konsep
yang bermunculan di alam ini yang lahir dari tokoh-tokoh muslim yang senantiasa
bermujahadah berdasarkan landasan filosofis yang terdapat dalam sumber pokok
Islam yaitu: al-Qur`an dan sunnah pada zaman keemasan Islam.
Terdapat ajaran yang dapat dijadikan landasan untuk muncul konsep manajemen mutu terpadu
tersebut, seperti firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 208, berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ
Wahai orang-orang yang
beriman masuklah kamu kedalam Islam secara kaffah (QS. Al-Baqarah: 208).
Dalam ayat tersebut
terdapat dua konsep yang berkaitan dengan manajemen mutu terpadu, pertama
lafadz “ اﻟﺴﻠﻢ“ dan lafadz “ ﻛﺎﻓﺔ“. Kata “silm”, selama ini kita artikan “Islam” dalam kontek
agama, namun sebenarnya dapat diartikan
lebih luas lagi meliputi
“kesejahteraan, keselamatan, kemakmuran, kualitas” dan seterusnya yang mengarahkan kepada sebuah kebaikan
tingkat tinggi. Dan kata “kaffah”, sudah jelas memiliki arti total dan
totalitas. Terjemahan yang lebih luas dari ayat tersebut “berbuatlah dan bertindaklah
kamu untuk meraih kebaikan dan kesejahteraan secara menyeluruh”.
Konsep tersebut diperkuat
dengan filsafat hidup Rasulullah yaitu “Tiada hari tanpa peningkatan kualitas
hidup.” Berdasarkan itu, jelas bahwa firman Allah dan filsafat hidup Rasulullah
tersebut menganjurkan dan mengarahkan pendidikan Islam untuk berbuat secara
total dalam rangka mencapai kebaikan dan kualitas terbaik sebagai seorang hamba
Allah dan sebagai khalifah di dunia ini.
Dan ini berkaitan dengan konsep manajemen mutu terpadu serta
prinsip-prinsip yang ada di dalamnya,
terutama masalah kualitas dan totalitas.
Allah Swt adalah
Sang Pencipta yang Mahasempurna. Kesempurnaan ini membentuk sebuah sistem yang
tanpa cacat. Isyarat tanpa cacat yang memberikan inspirasi
ini tertera dalam Firman-Nya:
ٱلَّذِي
خَلَقَ سَبۡعَ سَمَٰوَٰتٖ طِبَاقٗاۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلۡقِ ٱلرَّحۡمَٰنِ مِن
تَفَٰوُتٖۖ فَٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ هَلۡ تَرَىٰ مِن فُطُورٖ ثُمَّ ٱرۡجِعِ ٱلۡبَصَرَ
كَرَّتَيۡنِ يَنقَلِبۡ إِلَيۡكَ ٱلۡبَصَرُ خَاسِئٗا وَهُوَ حَسِيرٞ
Yang
menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih.
Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? Kemudian
ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali
lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa
menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaaan letih (Al-Mulk: 3-4).
Ayat ini sejalan
dengan konsep manajemen mutu terpadu yang menganut konsep zero defect yang menuntut tanpa kecacatan pada produk, seharusnya
dengan adanya konsep manajemen mutu terpadu dalam ayat tersebut, pendidikan
Islam tidak akan melakukan kesalahan selama proses pendidikan. Dalam industri
layanan seperti pendidikan Islam tanpa cacat memang konsep yang sangat ideal
walaupun kenyataannya sulit sekali menjaminnya dengan peluang terjadinya human error sangat besar. Namun yang
terpenting bahwa konsep ini menginginkan agar seluruh pelajar dan murid dapat
memperoleh kesuksesan dan mengembangkan potensi mereka.
Kunci keberhasilan
manajemen mutu pendidikan Islam
1. Fokus pada konsumen
Prinsip
mengutamakan kepuasan dan memenuhi harapan pelanggan. Allah Swt telah
berfirman:
أَوۡفُواْ ٱلۡكَيۡلَ وَلَا تَكُونُواْ
مِنَ ٱلۡمُخۡسِرِينَ وَزِنُواْ بِٱلۡقِسۡطَاسِ ٱلۡمُسۡتَقِيمِ وَلَا تَبۡخَسُواْ
ٱلنَّاسَ أَشۡيَآءَهُمۡ وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُفۡسِدِينَ
Sempurnakanlah takaran dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan lurus.
Dan janganlah kamu merugikan manusia
pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan. (Al- Syu’ara: 181-183).
Dalam
surat di atas dijelaskan bahwa orang yang beriman diperintahkan untuk
mencukupkan takaran dan menimbang dengan betul. Hak orang lain jangan diambil
serta jangan membuat kerusakan di muka bumi. Artinya pelanggan akan puas jika
perusahaan tidak melakukan seuatu yang merugikan pelanggan. Salah satunya adalah
dengan meningkatkan jasa/pelayanan atau
produk yang menyamai atau melebihi kebutuhan dan harapan
pelanggan. Sehingga pelanggan dapat merasakan dua jenis kepuasan, yaitu
kepuasan saat proses pembelian dan kepuasan menggunakan produk (kualitas).
Dalam konsep Islam bahwa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain merupakan penerapan nilai-nilai keimanan agar bernilai ibadah di
sisi Allah SWT. dan mencari rahmat serta ridho-Nya.
Pendidikan
Islam harus memahami bahwa setiap produk pendidikan mempunyai pengguna (customer). Setiap anggota dari
pendidikan Islam adalah pemasok (supplier)
dan pengguna (customer). Pelanggan
disini ada dua, yaitu pelanggan internal dan pelanggan eksternal.
Pelanggan
internal meliputi orang tua siswa, siswa, guru, administrator, staff dan majlis
sekolah. Pelanggan eksternal, seperti masyarakat, pemimpin perusahaan-
industri, lembaga pemerintah, lembaga swasta, perguruan tinggi, dan lembaga
keamanan. Pendidikan Islam akan dinilai berkualitas dan akan diminati jika pendidikan Islam mampu memenuhi harapan
dan kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal. Oleh karna itu
pendidikan Islam dituntut untuk mempunyai pelayanan yang baik, manajemen yang
transaparan, terjalin komunikasi antara warga sekolah dan mampu mencetak
peserta didik sesuai dengan konsep pendidikan Islam, yaitu peserta didik yang
unggul dalam pengetahuan, keterampilan dan berakhlakul karimah.
2.
Kepemimpinan
Kepemimpinan menentukan kesatuan arah dan
maksud. Prinsip ini harus menciptakan dan menjaga lingkungan internal dimana
orang-orang dapat terlibat secara penuh dalam mencapai sasaran. Dalam
pendidikan Islam kepemimpinan yang ideal adalah seperti apa yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW. Yang terdapat
dalam firman Allah SWT.
لَّقَدۡ
كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ
ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.
Al- Ahzab : 21)
Ayat ini menggambarkan
bahwa Rasulullah Saw adalah
suri teladan bagi manusia karna beliau adalah seorang yang kuat imannya,
berani, sabar, tabah menghadapi
segala cobaan, percaya dengan segala ketentuan
Allah dan berakhlak mulia. Jika pemimpin ingin
kepemimpinannya baik, berbahagia hidup di dunia dan akhirat maka mereka harus
mencontoh dan mengikuti nabi.
Maka nilai-nilai kepemimpinan dalam pendidikan
Islam dan manajemen mutu terpadu terdapat keselarasan. Hal ini karena
Kepemimpinan dalam Islam dan manajemen mutu terpadu sama-sama mengedepankan
rasa tanggung jawab,
profesionalitas yang tinggi dan proses yang berkualitas. Sebaik-baiknya kepemimpinan adalah kepemimpinan
Rasulullah dan sebaik-baiknya pemimpin yang dapat dijadikan teladan yaitu
Rasulullah Saw.
3. Keterlibatan semua orang
Orang di semua tingkatan adalah inti dari
keberhasilan dan keterlibatan penuh mereka memungkinkan untuk digunakan bagi
kemamfaatan. Setiap orang pasti membutuhkan satu dengan yang lain, begitu pula
dalam semua organisasi di dalamnya harus sudah menyadari bahwa mereka saling
memiliki keterkaitan antarsatu dengan yang lain, tetapi semuanya mempunyai
tanggung jawab masing-masing.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْؤول عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu
bertanggung jawab terhadap kepemimpinan
itu (HR Tirmizi, Abu Dawud, Bukhari dan Muslim).
Untuk mencapai
pendidikan Islam yang bermutu, semua orang yang ada dalam pendidikan tersebut
harus terlibat sepenuhnya berdasarkan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
Semua orang dalam lembaga pendidikan Islam harus terlibat dalam transformasi mutu,
manajemen harus berkomitmen dan terfokus pada peningkatan mutu.
4. Pendekatan proses
Hasil yang diharapkan dapat dicapai secara
lebih efisien ketika aktivitas dan sumber
daya dikelola sebagai suatu proses.
لَتَرۡكَبُنَّ طَبَقًا عَن
طَبَقٖ
Sesungguhnya
kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam
kehidupan) (Al-Insyiqaq: 19)
Dalam manajemen mutu terpadu perlu dilakukan
pendekatan proses. Hal itu sejalan dengan konsep yang ada dalam pendidikan
Islam karna pendidikan dalam Islampun dilakukan secara bertahap, segala sesuatu
butuh proses sehingga bisa mencapai tujuannya.
5. Pendekatan sistem pada manajemen
Mengidentifikasi, mengerti, dan mengelola
proses sehingga saling berhubungan sebagai sistem yang memberi sumbangan pada
keefektifan dan efisiensi dalam mencapai sasarannya. Sebagaimana sistem
manajemen alam semesta. Dimana Allah SWT. menciptakan segala sesuatu yang ada,
baik di langit maupun di bumi dan Allah pula yang mengurus segala yang ada.
ٱللَّهُ
خَٰلِقُ كُلِّ شَيۡءٖۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ وَكِيلٞ
Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (Al-Zumar : 62)
Para profesional
pendidikan Islam harus belajar mengelola mutu pendidikannya. Pendidikan sebagai
sistem memiliki sejumlah komponen, seperti siswa, guru, kurikulum,
sarana-prasarana, media, sumber belajar, orang tua dan lingkungan. Di antara
komponen-komponen tersebut harus terjalin hubungan yang yang berkesinambungan
dan keterpaduan dalam pelaksanaan sistem.
6.
Perbaikan
terus-menerus
Jika
dilihat dari konteks Islam, perbaikan dari waktu ke waktu atau melakukan
evaluasi demi hasil yang lebih baik. Rasulullah mengatakan: “Barangsiapa yang
keadaannya pada hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin maka
dia adalah orang beruntung.” Oleh karna itu pilihan kita tidak ada lain kecuali
tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam,
kedisiplinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan agar kita termasuk orang yang
beruntung.
Isyarat
yang terdapat dalam perkataan Rasululah di atas
adalah bahwa manusia harus
senantiasa meningkatkan kualitas pribadi dan kehidupannya secara terus menerus dan berkesinambungan
dari waktu ke waktu. Dalam filsafat mutu, menganut prinsip bahwa setiap proses
perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna, perlu selalu diperbaiki
dan disempurnakan. Ini merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangka
pencapaian kualitas yang diharapkan. Dan itu merupakan salah satu konsep
manajemen mutu terpadu yang terdapat dalam pendidikan Islam.
7. Pendekatan proses pengambilan keputusan
Keputusan-keputusan efektif didasarkan pada
analisis data dan informasi. Umat Islam tidak boleh ceroboh dalam mengambil
sesuatu keputusan dan dalam mengambil keputusan perlu diambil langkah
musyawarah sebagaimana firman Allah
SWT. dalam firman-Nya
وَأَمۡرُهُمۡ
شُورَىٰ بَيۡنَهُمۡ
Dan
urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka (Al-Syura:
38).
8. Hubungan dengan pemasok dengan prinsip saling menguntungkan
Hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuankeduanya
untuk menciptakan nilai. Seperti dalam firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
لَا تَأۡكُلُوٓاْ أَمۡوَٰلَكُم بَيۡنَكُم بِٱلۡبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ
تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٖ مِّنكُمۡۚ وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ
كَانَ بِكُمۡ رَحِيمٗا
Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. (Al-Nisa : 29)
Berdasarkan kepada uraian
tersebut, jelas sekali bahwa Islam telah memberikan landasan-landasan filosofis
yang sesuai dengan konsep-konsep manajemen mutu terpadu sekarang ini, namun
karena konsep tersebut muncul dan lahir
dari pemikir-pemikir dunia Barat, maka tidak terlihat unsur Islam di dalamnya. Oleh karena itu menarik kiranya untuk membahas
tentang manajemen mutu terpadu secara konsep dan bagaimana ajaran Islam yang
berkaitan dengan kualitas dantotalitas.
Manajemen mutu terpadu ini mempunyai relasi yang sangat kuat dengan apa yang di
ajarkan Islam di dalam Al-Quran dan hadits. Namun, dalam penerapannya, umat
Islam kalah jauh dengan orang-orang non-islam yang justru tidak mengetahui
seluk beluk isi kandungan al-Quran dan hadits.
Karakteristik manajemen mutu pendidikan Islam
1. Fokus pada pelanggan
Jika kita tinjau dalam agama Islam, 14 abad
yang lalu Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk selalu menghormati para tamu
kita, bahkan beliau seringkali lebih mengutamakan para tamunya (pelanggan)
daripada dirinya sendiri. Rasulullah SAW pernah Barsabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
barang
siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka muliakanlah tamunya (HR.
Bukhari Muslim)
2. Obsesi terhadap kualitas
Dalam hal ini, jika di hubungkan dalam Islam,
sungguh telah jelas di dalam Al-quran, bahwa kita selaku hamba Allah untuk senantiasa
menambah kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah. Sebagaimana
FirmanNya dalam surat al-baqarah:
وَمَا
تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ
ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (al-Baqarah: 197)
3. Pendekatan ilmiah
Allah SWT memerintahkan kita untuk tidak
seenaknya berprsangka, atau mengira-ngira suatu perkara, sebagaimana dalam firman-Nya
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ
إِثۡمٞۖ
wahai
orang-orang yang beriman, jauhilah olehmu banyak berprasangka (mengira-ngira),
karena sebagian prasangka itu dosa (al- Hujurat: 12)
4. Komitmen jangka panjang
Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ
لِغَدٖۖ
wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
perhatikanlah apa yang sudah di persiapkan untuk hari esok (al-Hasyr: 18).
5. Kerjasama team (teamwork)
Rasulullah SAW bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Kehidupan orang-orang mukmin, satu dengan
yang lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan
yang satu dengan yang lainnya. (HR.Bukhari-Muslim)
Hadits di atas menggambarkan hakikat antara
hubungan sesama kaum muslimin yang begitu eratnya. Hubungan antara seorang
mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling
melengkapi. Bangunan tidak akan berdiri
kalau salah satu komponennya tidak ada ataupun rusak. Hal itu menggambarkan
betapa kokohnya hubungan antara
sesama umat Islam. Itulah salah
satu kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh kaum mukmin dalam berhubungan
anatara sesama kaum mukminin. Sifat egois atau mementingkan diri sendiri sangat
ditentang dalam Islam. Sebaliknya Islam memerintahkan umatnya untuk bersatu dan
saling membantu karena persaudaraan seiman lebih erat daripada persaudaraan
sedarah. Itulah yang menjadi pangkal kekuatan kaum muslimin, setiap muslim
merasakan penderitaan saudaranya dan mengulirkan tangannya untuk membantu
sebelum diminta yang bukan didasarkan atas “take
and give” tetapi berdasarkan Illahi.
6. Perbaikan secara berkesinambungan
Rasulullah Saw bersabda:
مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ
رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ
امسه فهو مَلۡعُون
barangsiapa yang hari ini lebih baik dari
hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. barangsiapa yang hari ini
sama dengan hari kemarin, maka dia adalah orang yang merugi. barangsiapa yang
hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang dilaknat.”
(HR Bukhari Muslim)
7. Kebebasan yang terkendali
Rasulullah SAW pernah bersabda:
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً. واعمل لآخرتك كأنك تموت غداً
Berusahalah
kamu untuk duniamu, seolah-olah kamu akan akan hidup selamanya. Dan beribadahlah kamu seolah-olah
kamu akan mati esok hari. Dalam
hadits ini sangat jelas, bahwa kita diberi kebebasan berusaha, tapi juga harus
terkendali dengan selalu ingat akan kematian.
8. Kesatuan tujuan
Allah pun menegaskan di dalam Al-quran
tentang satu tujuan Allah menciptakan manusia, surat adz-dzariyat ayat 56 :
وَمَا
خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan
manusia keculai hanya untuk beribadah (Adz-dzariyat: 56). Dari penjelasan
mengenai delapan karakteristik manajemen mutu terpadu dalam pendidikan Islam
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, terlihat jelas bahwa ajaran Islam
yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW begitu sempurnanya dalam berbagai aspek
kehidupan, terutama dalam manajemen
kualitas, karena terbukti apa yang diterapkan oleh perusahaan
besar di dunia ini, prinsip-prisip mereka seperti manajemen mutu terpadu sama
persis dengan apa yang diajarkan oleh Islam, baik di dalam Al-qur’an maupun
hadits.
[1] John M. Echols
dan Hasan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, 1995, hal. 372
[2] Susilo
Martoyo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, Yogyakarta : BPFE, 1988,
hal. 19.
[3] Omar Muhammad
Al-taumy Al-Syaibany, Filsafat Al-tarbiyah al-Islamiyah, terj. Hasan
Langgulung. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Bulan Bintang, cet.I, 1979, hal. 253.
[4] Made Pidarta,
Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1999, hal. 10
[5] M. bukhari,
dkk., Azaz-azaz Manajemen, Yogyakarta: Aditya Media, 2005, hal. 37.
[6] Nanang Fatah,
Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remja Rosdakarya, 2008, hal. 36.
[7] Hadari Nawawi,
Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1983, hal. 36.
[8] Syafiie, Al-Qur’an
dan Ilmu Administrasi, Jakrta: Rineka Cipta, 2000, hal. 66.
[9] Ali Muhammad
Taufik, Praktik Manajemen Berbasis al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, hal. 35-36.
Komentar
Posting Komentar