EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

 BAB 6

EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

 

A.    Pengertian Evaluasi

Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa inggris, evalution, yang berarti penilaian dan penaksiran. Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan yang berarti ujian dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.[1] Evaluasi yaitu suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (siswa) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insedental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.

 

B.     Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam

Evaluasi dalam pendidikan bisa diartikan seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

Evaluasi pendidikan dalam Islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kemajuan sutu pekerjaan dalam proses pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pendidikan islam pada siswa. Sedangkan dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh komponen yang terlibat didalam nya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan berbagai keputusan kependidikan, baik yang menyaangkut perencanaan pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan.

 

C.    Tujuan Evaluasi Pendidikan Islam

Tujuan evaluasi pendidikan adalah:

1.      Untuk mencari informasi atau bukti-bukti tentang sejauhmana kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan, atau sejauhmana batas kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang atau sebuah lembaga.

2.      Untuk mengetahui sejauhmana efektifitas cara dan proses yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.[2]

Berati tujuan evaluasi pendidikan Islam adalah untuk mencari informasi atau bukti-bukti sejauhmana kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan pendidikan Islam bai perorangan maupun lembaga dan sejauhmana efektifitas cara atau proses yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.

 

D.    Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam

Ada empat fungsi evaluasi pendidikan Islam:

1.      Dari segi guru, yaitu untuk membantu seorang guru mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya.

2.      Dari segi siswa, yaitu membantu siswa untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah yang lebih baik.

3.      Dari segi pemikir pendidikan Islam yaitu untuk membantu para pemikir pendidikan Islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa berubah.

4.      Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapkan dalam sistem pendidikan Islam atau nasional.[3]

 

E.     Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam

Prinsip-prinsip dasar evaluasi antara lain :

1.      Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)

Evaluasi tak hanya dilakukan setahun sekali atau per semester, mulai dair proses belajar mengajar hinga siswa itu tamat dari lembaga sekolah atau lebih dari itu. Karena dengan berpegang teguh dengan prinsip ini maka keputusan yang diambil akan valid, stabil dan menguntungkan. Allah Swt berfirman dalam al-Qur’an tentang prinsip kontinuitas atau istiqomah:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:"Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):"Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu (Fushshilat : 30)

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ. أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَآءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُون

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita (Al-Ahqaf: 13-14).

2.      Prinsip Menyeluruh (komprehensif)

Prinsip yang melihat semua  aspek; meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman,  ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab dan sebagainya. Bila diperlukan, masing-masing bidang diberikan penilaian secara khusus, sehingga siswa mengetahui kelebihannya dibanding dengan teman-temannya. Hal ini diasumsikan bahwa tidak semua siswa menguasai beberapa pengetahuan dan keterampilan secara utuh.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat balasannya (Al-Zalzalah: 7).

3.      Prinsip Objektivitas

Dalam  mengevaluasi  berdasarkan kenyataan  yang  sebenarnya, tidak  boleh  dipengaruhi  oleh  hal-hal  yang  bersifat  emosional  dan irrasional. Allah SWT memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,

أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا: مَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ حِبُّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللهِ» ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

Sesungguhnya orang-orang Quraisy mengkhawatirkan keadaan (nasib) wanita dari bani Makhzumiyyah yang (kedapatan) mencuri. Mereka berkata, ‘Siapa yang bisa melobi rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak ada yang berani kecuali Usamah bin Zaid yang dicintai oleh rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Maka Usamah pun berkata (melobi) rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (untuk meringankan atau membebaskan si wanita tersebut dari hukuman potong tangan). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda, ‘Apakah Engkau memberi syafa’at (pertolongan) berkaitan dengan hukum Allah?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdiri dan berkhutbah, ‘Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum), namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya (HR. Bukhari no. 6788 dan Muslim no. 1688).[4]

 

F.     Sistem Evaluasi Pendidikan Islam

Sistem evaluasi yang dikembangkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya berimplikasikan pedagogis sebagai berikut:

1.      Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problem kehidupan yang alami.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (Al-Baqarah : 155)

2.      Untuk mengetahui sejauh mana atau di mana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan oleh Rasulullah Saw kepada ummatnya. Begitu juga pengevaluasian Nabi Sulaiman terhadap burung Hud-hud.

قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab:"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata:"Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (An-Naml : 40)

قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

Berkata Sulaiman: Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (An-Naml : 27)

3.      Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya.

 فَلَمَّآ أَسْلَمَ وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ  وَنَادَيْنَاهُ أَن يَآإِبْرَاهِيمُ  قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَآ إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ  إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلآؤُا الْمُبِينُ  وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia:"Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.  Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.  Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar (Ash-Shaffat : 103-107)

4.      Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya di hadapan para malaikat.

وَعَلَّمَ ءَادَمَ الأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَآءِ هَؤُلآءِ إِن كُنتُم صَادِقِينَ

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!", (Al-Baqarah : 31)

5.      Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik dan memberikan iqab (sanksi) bagi mereka yang beraktivitas buruk.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ  وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شّرًّا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula (Al-Zalzalah : 8)

 

G.    Cara Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Islam

Evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara:

1.      Evaluasi terhadap diri sendiri

Seorang muslim yang sadar dan baik adalah mereka yang sering melakukan evaluasi diri dengan cara muhasabah dengan menghitung baik burukny untuk kemudian mempertahankan kebaikannya dan membenahi kelemahannya. Karena yang mengetahui perilaku individu adalah individu itu sendiri. Firman Allah Swt:

وَفِي أَنفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُونَ

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan (Adz-Dzariyat : 21)

Kelemahan evaluasi diri sendiri adalah cenderung subjektif apabila yang bersangkutan tidak memiliki kesadaran untuk perbaikan dan peningkatan diri, sebab ia ingin terlihat sukses, tanpa cacat. Umar bin al-Khaththab berkata: “Hasibu qabla ‘an tuhasabu” yang artinya evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi oleh orang lain. Dengan begitu, individu dituntut waspada dalam melakukan sutau tindakan, karena tindakan itu tidak terlepas dari evaluasi dari Allah Swt serta dua orang malaikat sebagai supervisornya, yaitu Raqib dan Atid.

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah : 115)

مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf : 18)

 

2.      Evaluasi kegiatan orang lain

Evaluasi terhadap perilaku orang lain harus disertai dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar (mengajar yang baik dan mencehag yang mungkar). Tujuannya untuk memperbaiki oang lain, bukan untuk mencari aib atau kelemahan seseorang. Allah Swt berfirman:

إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (Al-Ashr : 3)

Dengan dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, individu terkadang melakukankesalahan dan perilaku yang buruk. Dalam kondisi ini, perlu ada evaluasi dari orang lain yang cenderung objektif. [5]

 

H.    Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan Islam

Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam, yaitu:

1.      Evaluasi Formatif. Evalusi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa setelah menyelesaikan program dalam santunan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. Jenis ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak kelemahan.

يُرِيدُ اللهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنكُمْ وَخُلِقَ اْلإِنسَانُ ضَعِيفًا

 Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah (An-Anisa: 28).

Untuk itu Allah SWT menganjurkan agar manusia berkonsentrasi pada suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai proses pencarian (belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah informasi itu telah dikuasai dengan sempurna maka ia dapat beralih pada informasi yang lain.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلىَ رَبِّكَ فَارْغَب

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Al-Insyirah:7-8)

2.      Evaluasi Sumatif. Evaluasi  yang  dilakukan  terhadap  hasil  belajar  peserta  didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester atau akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا

Sesungguhnya  kamu  melalui  tingkat  demi  tingkat  (dalam kehidupan) (Al-Insyiqaq: 19).

3.      Evaluasi Penempatan (placement). Evaluasi yang dilakukan sebelum anak mengikuti proses belajar mengajar untuk kepentingan penempatan pada jurusan atau fakultas yang diinginkan.

4.      Evaluasi Diagnosis. Evaluasi terhadap hasil penganalisisan tentang keadaan belajar siswa, baik merupakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar.[6]

 

I.       Sifat-sifat Evaluasi

Sifat-sifat evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam sebagai berikut:

1.      Kuantitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan skor atau nilai dalam bentuk angka, misalnya 5, 79, dan 100.

2.      Kualitatif, yang hasil evaluasi diberikan dalam bentuk pernyataan verbal, misalnya memuaskan, baik, cukup dan kurang.

 

J.      Macam-macam Evaluasi

Macam-macam evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:

1.      Tes tetulis (written test);

2.      Tes lisan (oral test); dan

3.      Perbuatan (performance test).

Aspek kognitif biasanya menggunakan tes tertulis maupun lisan, sedangkan aspek psikomotorik menggunakan tes perbuatan.

 

K.    Teknik Evaluasi

Tekhnik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah :

1.      Teknik tes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa, meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar. Serta bakat khusus dan intelegensinya. Tekhnik ini terdiri atas : 1) uraian (essay test), baik uraian bebas (free test) maupun uraian terbatas (limited essay); 2) objektif test, dalam bentuk betul-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), isian (complation) dan jawaban singkat (shot answer) ; dan 3) bentuk tes lain, seperti bentuk ikhtisar, laporan, dan bentuk khusus dalam pelajaran bahasa.

2.      Nontes, yaitu teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik lainnya, misalnya minat, sikap, dan kepribadian siswa. Teknik ini meliputi observasi terkontrol, wawancara (interview), rating scale, inventory, questionnaire, dan anecdotal accounts.[7]



[1] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,  Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005, cet. ke-1 hal. 183

[2] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rajawali Grafindo Persada, 2003, hal. 18

[3] Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2005, hal. 77-78

[4] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 214

[5] Ibid., hal. 216

[6] Ramayulis,  Metodelogi  Pengajaran  Agama Islam,  Jakarta:  Kalam Mulia,  1990, hal.268-270

[7] Zuhairini, dkk., Metodik khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, hal 158-160.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA PENGANTAR BUKU ILMU PENDIDIKAN ISLAM

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

MATERI PERKULIAHAN: TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM